Jumat, 14 Maret 2014

LIZARDS OF SOUTHEAST ASIA - KADAL DI ASIA TENGGARA - SEKILAS TENTANG- Bronchocela jubata - great crested canopy lizard - green crested lizard - maned forest lizard - bunglon - kadal canopy besar berjambul - kadal berjambul hijau -- T-REC tugumuda reptiles community -- KSE komunitas satwa eksotik

.....SILAHKAN MENGGUNAKAN " MESIN TRANSLATE "..GOOGLE TRANSLATE 
DISAMPING KANAN INI.............



PLEASE USE ........ "TRANSLATE MACHINE" .. GOOGLE TRANSLATE BESIDE RIGHT THIS


.......................



T-REC semarang-TUGUMUDA REPTILES COMMUNITY SEMARANG—KOMUNITAS REPTIL SEMARANG
More info :
minat gabung : ( menerima keanggotaan diluar kota Semarang )
08995557626
..................................
KSE – KOMUNITAS SATWA EKSOTIK – EXOTIC PETS COMMUNITY-- INDONESIA
Visit Our Community and Joint W/ Us....Welcome All Over The World
 KSE = KOMUNITAS SATWA EKSOTIK

MENGATASI KENDALA MINAT DAN JARAK

KAMI ADA DI TIAP KOTA DI INDONESIA 

GABUNG.........HUBUNGI 089617123865
.........................























 LIZARDS OF SOUTHEAST ASIA - KADAL DI ASIA TENGGARA - SEKILAS TENTANG- Bronchocela jubata - great crested canopy lizard - green crested lizard - maned forest lizard - bunglon - kadal canopy besar berjambul - kadal berjambul hijau 

   LIZARDS OF SOUTHEAST ASIA - KADAL DI ASIA TENGGARA - SEKILAS TENTANG- Bronchocela jubata - great crested canopy lizard - green crested lizard - maned forest lizard - bunglon - kadal canopy besar berjambul - kadal berjambul hijau




Bronchocela jubata

Scientific Name:
Bronchocela jubata

Species Authority:
Duméril & Bibron, 1837

Common Name/s:
Great Crested Canopy Lizard, Green Crested Lizard, Maned Forest Lizard

Synonym/s:
Calotes jubatus (Duméril & Bibron, 1837)

Red List Category & Criteria:
Least Concern ver 3.1

Year Published:
2010

Date Assessed:
2009-06-30

Assessor/s:
Ineich, I. & Hallermann, J.

Reviewer/s:
Böhm, M., Collen, B. & Ram, M. (Sampled Red List Index Coordinating Team)

Contributor/s:
De Silva, R., Milligan, H.T., Wearn, O.R., Wren, S., Zamin, T., Sears, J., Wilson, P., Lewis, S., Lintott, P. & Powney, G.

Justification:
Jubata Bronchocela  terdaftar sebagai Least Concern karena memiliki berbagai macam, umum dan tidak terbatas pada satu jenis habitat. Namun, penelitian lebih lanjut dan pemantauan B. jubata harus dilakukan karena ada kemungkinan bahwa ancaman kerusakan habitat akan menjadi lebih luas, menyebabkan penurunan besar dalam spesies ini.



Range Description:
Ada ketidakpastian seputar distribusi kadal Asia ini. diketahui di Jawa, Bali, Kalimantan bagian tenggara, Pulau Nias, dan Sulawesi di Indonesia, Mindanao di Philiipines, dan Prachin Buri di bagian tengah-selatan Thailand (Hallermann 2005).

 juga dapat secara lebih luas di Kepulauan Filipina, karena ada empat spesimen yang mungkin dari Nusantara
/archipelago  tetapi tidak memiliki locality  tertentu yang diberikan (Hallermann 2005). De Rooij di 1.915 catatan dari pulau Salibabu, Karakelong dan Talaud (semua di Talaud archipelago) belum diverifikasi, tapi mungkin benar. Terakhir, wilayah Kepulauan Nicobar tidak benar, dan  di India selatan di Pondicherry dipertanyakan, meskipun mungkin karena individu  yang diperkenalkan/ introduced individuals  (Hallermann 2005).

Spesies ini diketahui antara 100 dan 1.400 m di atas permukaan laut.



Countries:
Native:
Indonesia (Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesi); Philippines; Thailand


Population:
McKay (2006) menyatakan bahwa spesies ini sering dijumpai



Habitat and Ecology:
Spesies ini  arboreal (Sharma 2002) dan mendiami hutan lembab bawah pegunungan, hutan sekunder, dan perkebunan (McKay 2006).
Agama yg menelur ini dikenal memiliki telur berbentuk gelendong (Smtih 1935).



Systems:
Terrestrial


Major Threat(s):
Habitat hutan spesies ini kemungkinan akan mengalami kerugian dan kerusakan akibat aktivitas manusia seperti perluasan pertanian dan pembalakan .


Conservation Actions:
Tidak ada tindakan konservasi spesies-spesifik yang dikenal di tempat untuk spesies ini. Penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi distribusi penuh dan ancaman terhadap spesies ini harus dilakukan, serta populasi dan habitat monitoring




.....................................



Maned Forest Lizard
Family : Agamidae
Species : Bronchocela jubata
Size (snout to vent) : male 135 mm, female 110 mm
Size (total length) : male ~ 360 mm, female ~ 340 mm 





maned Forest Lizard , atau maned slender Agama , mendiami hutan hujan dataran rendah sekunder primer dan tinggi , serta daerah sangat terganggu di mana cepat tumbuh pohon-pohon tinggi terjadi .

Dua spesimen yang digambarkan di sini terlihat antara 5 dan 10 meter di atas tanah di hutan sekunder campuran , berdekatan dengan jurang sungai  di pulau Bali .

Spesies ini  kuat , tubuh dikompresi  , sebuah nuchal (leher) berkembang dengan baik , dorsal  kurang berkembang dengan baik dan kantong tenggorokan yang besar . Warnanya pucat hingga  hijau sedang, atau kadang-kadang coklat , dengan pembatasan samar yang pucat (kadang-kadang terdiri dari bintik-bintik kuning atau kemerahan ) pada sisi-sisi dan ekor . Pada beberapa populasi mungkin ada satu atau  lebih garis putih di daerah bahu .

Diet terdiri dari berbagai serangga yang diambil dari kanopi pohon .



............................


Bronchocela jubata DUMÉRIL & BIBRON, 1837

Common Names
Maned forest lizard 

Synonym

Bronchocela jubata DUMÉRIL & BIBRON 1837: 397
Bronchocele [sic] intermedia BERTHOLD 1842 (non Calotes intermedia PETERS & DORIA, 1878)
Calotes (Bronchocele) intermedius BERTHOLD 1842 (fide BÖHME 2012: 103
Calotes jubatus — BOULENGER 1885: 318
Calotes jubatus — DE ROOIJ 1915: 123
Calotes jubatus — SMITH 1935: 185
Bronchocela jubata — MOODY 1980
Bronchocela jubata — MANTHEY & SCHUSTER 1999: 28
Bronchocela jubata — PIANKA & VITT 2003: 151 

Distribution
Indonesia (Singkep, Java, Bali, Celebes = Sulawesi, Karakelang, Salibabu; Nias Island, Singkap Island, Borneo: Kalimantan [DAS, pers. comm. to J.Hallermann),
Philippines (Mindanao: ZMB 16305),
India (questionable - see comment),
Cambodia [see comment]
SC Thailand

intermedia: Type locality: Sunda Islands restricted to Java.

Type locality: Pondichery (South India) and Java, restricted by Smith (1935 ) to Java.



............................



Bunglon
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bunglon atau londok (bahasa Sunda) adalah sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Kadal lain yang masih sesuku adalah cecak terbang (Draco spp.) dan soa-soa (Hydrosaurus spp.).
Bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan lain-lain. Bunglon bisa mengubah-ubah warna kulitnya, meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon (suku Chamaeleonidae). Biasanya berubah dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman.

Bunglon Surai

Bunglon surai memiliki nama ilmiah Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837. Dalam bahasa lain, dikenal dengan nama bunglon (Jkt., Jw.), londok atau lunduk (Sd.), atau green crested lizards (Ingg.). Nama lainnya dalam bahasa Inggris cukup menyesatkan: bloodsuckers, karena pada kenyataannya kadal ini tidak pernah menghisap darah.
Bunglon ini menyebar di pulau-pulau Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.

Deskripsi tubuh

Bunglon kebun yang berukuran sedang, berekor panjang menjuntai. Panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor. Gerigi di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai ("jubata" artinya bersurai) daripada bentuk mahkota, tidak seperti kerabat dekatnya B. cristatella (crista: jambul, mahkota). Gerigi ini terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang meruncing namun lunak serupa kulit.
Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik halus yang indah.
Dorsal (sisi atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sebuah bercak coklat kemerahan serupa karat terdapat di belakang mulut di bawah timpanum. Deretan bercak serupa itu, yang seringkali menyatu menjadi coretan-coretan, terdapat di bahu dan di sisi lateral bagian depan; semakin ke belakang semakin kabur warnanya.
Sisi ventral (sisi bawah tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna hijau belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan belang-belang keputihan di ujungnya.
Sisik-sisik bunglon surai keras, kasar, berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi. Perkecualiannya adalah sisik-sisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak serupa kulit.

Kebiasaan

Bunglon yang kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun dan pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya, namun dengan segera berlari menuju pohon terdekat.
Reptil ini memangsa berbagai macam serangga yang dijumpainya: kupu-kupu, ngengat, capung, lalat dan lain-lain. Untuk menipu mangsanya, bunglon ini kerap berdiam diri di pucuk pepohonan atau bergoyang-goyang pelan seolah tertiup angin. Sering juga bunglon surai terlihat meniti kabel listrik dekat rumah, untuk menyeberang dari satu tempat ke tempat lain.
Bunglon surai bertelur di tanah yang gembur, berpasir atau berserasah. Seperti umumnya anggota suku Agamidae, induk bunglon menggali tanah dengan mempergunakan moncongnya. Kulit telurnya berwarna putih, lentur agak liat serupa perkamen.
Sebuah pengamatan yang dilakukan di hutan Situgede, Bogor mencatat bahwa telur bunglon surai dipendam di tanah berpasir di bawah lapisan serasah, persisnya di bawah semak-semak di bagian hutan yang agak terbuka. Telur sebanyak dua buah, lonjong panjang lk. 7×40 mm, diletakkan berjajar dan ditimbun tanah tipis. Di Gunung Walat, Sukabumi, didapati telur yang diletakkan di lapisan humus yang halus di tengah-tengah jalan setapak.

Keistimewaan

Di saat Bunglon merasa terancam , Ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran demikian disebut mimikri. Hal ini berbeda dengan "kamuflase", yakni penyamaran bentuk atau warna hewan yang menyerupai makhluk hidup lain.